Jumat, 19 Juni 2015

Benarkah Berbohong Dapat Membatalkan Puasa ?




Ilustrasi by pixabay.com
Berbohong merupakan sikap perilaku seseorang saat ia berkata tidak benar. Berbohong atau berdusta juga acap kali dilakukan oleh banyak orang baik itu orang dewasa bahkan anak-anak sekalipun.

Meski demikian, setiap orang yang pernah berbohong mungkin sudah tahu benar, Bahwa perilaku ini merupakan perilaku yang tercela. Selain itu, perbuatan tercela yang satu ini tentu memberikan dampak negatif bagi ia sendiri. Beberapa dampak negatif dari perilaku ini sendiri di antaranya ialah perasaan gelisah yang selalu menghampiri, hilangnya kepercayaan dari seseorang, dan pelakunya pun akan mendapat dosa.

Sementara itu, Perilaku tercela ini sendiri tentu sudah dilarang di dalam agama Islam. Terlebih lagi jika saat-saat di bulan Ramadhan yang suci ini. Namun, yang menjadi pertanyaannya adalah apakah benar, berbohong ketika melaksanakan ibadah puasa Ramadhan akan membatalkan ibadah puasanya ?

Berbohong atau dusta memang sudah dilarang di dalam Islam, larangan ini sudah jelas di dalam hadis berikut ini :

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903)

Di dalam hadis di atas perilaku dusta memang harus di tinggalkan terlebih lebih lagi bila saat itu ia melakukan Ibadah Puasa. Namun, dari mayoritas para ulama berpendapat bahwa larangan di dalam hadis di atas ialah larangan yang haram, akan tetapi bukan termasuk pembatal puasa. Pembatal puasa hanya hanyalah ketika makan, minum, dan berhubungan intim (lihat Fath Al-Bari, 4:17 )

Sebagaimana dikatakan oleh Ibnul ‘Arabi,

مُقْتَضَى هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّ مَنْ فَعَلَ مَا ذُكِرَ لَا يُثَابُ عَلَى صِيَامِهِ ، وَمَعْنَاهُ أَنَّ ثَوَاب الصِّيَام لَا يَقُومُ فِي الْمُوَازَنَةِ بِإِثْم الزُّور وَمَا ذُكِرَ مَعَهُ

“Konsekuensi dari hadits tersebut, siapa saja yang melakukan dusta yang telah disebutkan, balasan puasanya tidak diberikan. Pahala puasa tidak ditimbang dalam timbangan karena telah bercampur dengan dusta dan yang disebutkan bersamanya.” (Fath Al-Bari, 4: 117)

Al-Baidhawi juga pernah menyatakan bahwa,

لَيْسَ الْمَقْصُود مِنْ شَرْعِيَّةِ الصَّوْمِ نَفْس الْجُوعِ وَالْعَطَشِ ، بَلْ مَا يَتْبَعُهُ مِنْ كَسْرِ الشَّهَوَات وَتَطْوِيعِ النَّفْسِ الْأَمَّارَةِ لِلنَّفْسِ الْمُطْمَئِنَّةِ ، فَإِذَا لَمْ يَحْصُلْ ذَلِكَ لَا يَنْظُرُ اللَّه إِلَيْهِ نَظَر الْقَبُولِ

“Bukanlah maksud syari’at puasa adalah menahan lapar dan dahaga saja. Dalam puasa haruslah bisa mengendalikan syahwat dan memelihara jiwa agar memiliki hati yang tenang. Jika tidak bisa melakukan seperti itu, maka Allah tidaklah menerima puasa tersebut.” (Fath Al-Bari, 4: 117)

Meskipun demikian, berbohong tetaplah membuat pelakunya berdosa bahkan perilaku ini juga bisa mengantarkannya kepada kejahatan hingga kejahatannya juga akan mengantarkan ke neraka. Hal ini telah disebutkan di dalam hadis berikut ini :

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan catat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)

Selain dapat membuat pelakunya merasa gelisah dan masuk neraka, berbohong juga merupakan salah satu ciri-ciri orang munafik

 Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

“Ada tiga tanda munafik: jika berkata, ia dusta; jika berjanji, ia mengingkari; dan jika diberi amanat, ia khianat.”  (HR. Bukhari no. 33)

Demikianlah artikel tentang ‘ batalkah puasa bila berbohong ’ semoga ilmunya bisa bermanfaat bagi umat muslim sekalian.

Referensi : Rumaysho.com